Partai Amanat Nasional (PAN)

Partai Amanat Nasional (PAN) adalah sebuah partai politik sentris berdasarkan agama di Indonesia. Asas partai ini adalah Akhlak Politik berdasarkan Agama yang Membawa Rahmat bagi Sekalian Alam (AD bab II, Pasal 3 ). PAN didirikan oleh Amien Rais pada tanggal 23 Agustus 1998. Ketua Umum saat ini adalah Zulkifli Hasan. Ketua Majelis Partai dijabat oleh Soetrisno Bachir.
Sejarah PAN
Kelahiran Partai Amanat Nasional (PAN) dibidani oleh Majelis Amanat Rakyat (MARA), salah satu organ gerakan reformasi pada era pemerintahan Soeharto dideklarasikan tanggal 14 Mei 1998. PAN mempunyai kepercayaan diri untuk menyenangkan hati rakyat melalui keterlibatan dalam pemilihan umum dan Pemilihan kepala daerah di Indonesia ini dideklarasikan di Jakarta pada 23 Agustus 1998 oleh 50 tokoh nasional, diantaranya mantan Ketua umum Muhammadiyah Prof. Dr. H. Amien Rais, Goenawan Mohammad, Abdillah Toha, Dr. Rizal Ramli, Dr. Albert Hasibuan, Toeti Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, Drs. Faisal Basri, M.A., A.M. Fatwa, Zoemrotin, Alvin Lie Ling Piao, dan lainnya.
Sebelumnya pada pertemuan tanggal 5-6 Agustus 1998 di Bogor, mereka sepakat membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama menjadi PArtai Amanat Nasional (PAN). Kegiatan Pan berdasarkan pengesahan Depkeh HAM No. M-20.UM.06.08tgl.27 Agustus 2003.
Pada pilpres 2004, Pan mencalonkan pasangan Amien Rais dan Siswono Yudo Husodo sebagai calon presiden dan wakil presiden untuk dipilih secara langsung. Pasangan ini meraih hampir 15% suara nasional. Pada 11 Desember 2011 Partai Amanat Nasional (PAN) dalam Rapat Kerja Nasional PAN 2011 di Jakarta secara resmi mendukung Ketua Umum PAN Hatta Rajasa sebagai bakal calon presiden dalam Pilpres 2014.
Pada pemilu pertama setelah reformasi, Pan memperoleh 7,12% suara dan mendapatkan 34 kursi di DPR. Meskipun bukan partai terbesar, PAN memiliki pengaruh signifikan dalam politik nasional. Pada pemilu 2004 PAN meningkatkan perolehan suaranya menjadi 6,44% dengan 53 kursi di DPR. Pada pemilu ini, PAN mendukung Susilo Bambang Yudhoyono dalam pilres yang akhirnya terpilih sebagai presiden.
Pada pemilu 2009 PAN kembali mendapatkan 42 kursi di DPR dengan perolehan 6,01% suara. Partai ini tetap menjadi bagian dari koalisi pemerintahan. Pada pemilu 2014 PAN memperoleh 7,59% suara dan mendapatkan 49 kursi di DPR. PAN sempat bergabung dalam pemerintahan Joko Widodo, tetapi kemudian beralih menjadi oposisi.
Pada pemilu 2019 PAN mengalami sedikit penurunan dengan perolehan 6,84% suara dan mendapatkan 44 kursi di DPR. Partai ini tetap memainkan peran penting dalam dinamika politik nasional.
Ideologi Partai Amanat Nasional
Saat pendirian pada tahun 1998, PAN bertujuan menjunjung tinggi dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemajuan material, dan spiritual. Cita-cita partai berakar pada moral agama, kemanusiaan, dan kemajemukan. Selebihnya PAN menganut prinsip non-sektarian dan non-diskriminatif. Untuk terwujudnya Indonesia Baru, PAN pernah melontarkan gagasan wacana dialog bentuk negara federasi sebagai jawaban atas ancaman disintegrasi. Titik sentral dialog adalah keadilan dalam mengelola sumber daya sehingga rakyat seluruh Indonesia dapat benar-benar merasakan sebagai warga bangsa. Dan masa itu, partai menobatkan Pancasila sebagai asas ideologinya.
Namun demikian, kemudian, sebagaimana dicatat oleh peneliti luar, karena kerja sama erat partai tersebut dengan ormas muhammadiyah dukungan pemilih yang mayoritas beragama Islam, dan alasan lainnya, ideologi partai menjadi lebih keagamaan dan lebih Islam demokrat, namun jauh dari Islamisme. Kini, PAN merupakan partai moderat dan paling progesif di antara partai religius Indonesia lainnya.
Anggota Dewan PAN

H. HERY ERLANGGA, S.T., M.Ak., IPM.
SUNGAI LARU, SUMATERA SELATAN
08 JUNI 1972
ISLAM
BATAM – 3 (NONGSA, SEI BEDUK, BULANG DAN GALANG)

SAFARI RAMADHAN, S. Pd.I
BATU SANGKAR, SUMATERA BARAT
15 FEBRUARI 1982
ISLAM
BATAM – 5 (BATU AJI)

BIYANTO, SH.
BOYOLALI, JAWA TENGAH
05 JULI 1972
ISLAM
BATAM – 1 (BATAM KOTA – LUBUK BAJA)