“Yang bulat tak datang bergolek, yang pipih tak datang melayang”,
Mungkin itu salah satu pribahasa yang cocok untuk menggambarkan sosok kehidupan lelaki ini dalam mencari jati diri dan berjuang keras meraih asa.
Lelaki itu sudah menjabat selama tiga periode berturut-turut. Tak hanya menjabat sebagai wakil ketua DPRD, dia juga menjabat sebagai wakil ketua satu Komite Olahraga Nasional Indonesia (Koni) Batam pada periode 2020-2025 serta menjabat sebagai ketua PSSI kota Batam. Dia dikenal sebagai politikus yang sudah cukup merampungi dunia politik sejak dulu, terutama di kota tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Inilah sosok Ruslan Ali Wasyim, sang politisi akar pohon Beringin dari Batam.
Ruslan Ali Wasyim lahir di Teluk Bakau, Kelurahan Kabil, Kecamatan Nongsa. Kecintaan nya pada dunia politik sama besar seperti kecintaannya kepada Partai Golongan Karya (Golkar) yang menjadi tempat dirinya bernaung hari ini. Suami dari Ade Sulistiani ini merupakan orang tempatan yang membangun karir politiknya dari akar rumput.
Ruslan kecil sudah terbiasa dengan hal-hal yang berbau politik, mulai dari ikut mengantarkan surat-surat yang berbau politik. Hingga akhirnya pada tahun 1997, Ruslan muda berhasil menduduki ketua partai Golkar di keluruhan Kabil Nongsa selama satu periode saat Batam masih disebut sebagai kota Madya.
“Keberhasilan butuh sebuah proses bukan sebuah protes” tegas ayah dari 6 anak itu.
Karirnya pun tidak semata-mata didapatkan dengan mudah, kesemuanya itu ditapaki dari nol. Ayahnya seorang pengurus Golkar di pantai Timur (Nongsa) yang partai ini kemudian menjadi kendaraan Ruslan sampai sekarang. Bahkan Ruslan juga menyebutnya sebagai partai warisan.
Oleh karena itu, dirinya percaya apa yang dia dapat saat ini merupakah hasil dari ikhtiarnya. Begitulah pria kelahiran 7 Juli 1969 ini menapaki kerasnya perjuangan dahulu yang kini dia bisa nikmati buah manis hasil perjuangannya itu.
Tak hanya sepak terjang pada dunia perpolitikan yang ia rasakan, namun kehidupan Ruslan kecilpun tak berjalan mulus seperti yang diduga. Ia sudah merasakan tinggal jauh dari orang tuanya semenjak ia duduk dibangku Sekolah Dasar.
“Saya dulu SD Kartini 1 sungai harapan pada tahun 1976 sampai dengan tahun 1981, 1 tahun sekali pulang itupun saat lebaran” ujar pria kelahiran Teluk Bakau, Nongsa – kota Batam itu.
Setelah tamat SD, ia melanjutkan sekolah di SMP N 1 Tanjung Uban, BEgitu menamati Pendidikan SMP nya, Ruslan sempat mendaftar ke SMA Negeri 1 Tanjung Pinang namun bersamaan dengan itu pada tahun 1986 Yayasan Keluarga Batam (YKB) yang di pimpin oleh bunda Sri R. Soedarsono l membuka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kartini di Batam, sementara ayah Ruslan, HM. Ali Wasyim adalah juga seorang Pekerja Sosial Masyarakat di bawah binaan Bu Sri R. Soedarsono, maka Ruslan diminta untuk kembali sekolah di Batam saja tepatnya di SMK Kartini dengan tujuan agar begitu selesai menamatkan sekolah bisa langsung terjun ke dunia kerja untuk membantu keluarga.
Setelah tamat SMK, banyak teman-teman Ruslan yang melanjutkan pendidikan ke kota-kota lain seperti Jogja. Namun berbeda dengan Ruslan muda yang harus bekerja demi membiayai sekolah adik-adiknya.
“Padahal saya punya cita-cita setelah tamat sekolah ingin kuliah Ilmu Sosial dan Politik (Fisip). Karena dari kecil saya sudah akrab dengan dunia perpolitikan” ungkap Ruslan.
Karena ekonomi yang tak mapan, Ruslan harus merelakan cita-cita itu tertunda. Keinginan yang kuatnya harus dipatahkan oleh kenyataan yang tak berpihak. Bahkan Ruslan pernah nyaris menangis ketika Ayahnya mengatakan kondisi ekonomi keluarga yang memang tak memungkinkan untuk Ruslan melanjutkan jenjang pendidikannya.
” Bapak bilang saya bisa saja kuliah, Tapi 7 adik-adik saya harus menjadi korban putus sekolah karena ambisi itu, saya menitikkan air mata, tak tega, bahkan tak berpikiran lagi untuk mengejar ambisi itu,” Cerita dia.
Setelah memendam keinginannya itu, Dia memilih bekerja di Batam sebagai honorer di Pertamina Tongkang
“Saya pernah bekerja di Pertamina Tongkang dulu dan itu honor” ujar anak sulung itu.
Tak hanya itu, ia juga pernah bekerja sistem kontrak di PT. Eco Green dan pada tahun 1994 ia memilih berhenti. Pada tahun itu, ia memilih merantau ke Jawa saat ia sudah memiliki cukup uang dan masuk sekolah AMP di jogja meskipun hal itu betentangan dengan cita-citanya yang ingin masuk Fisip. Ia kembali pulang ke Batam pada tahun 1997.
Ketika pemilu singkat berlangsung, ia memutuskan masuk Partai Golongan Karya (Golkar). Ia berkecimpung di dunia politik. Tidak hanya itu ketika itu Ruslan juga aktif di beberapa organisasi. Hingga saat ini ia sukses menjabat sebagai wakil DPRD kota Batam selama 3 (tiga) periode berturut-turut.
“Tidak ada sukses yang diperoleh dengan mudah, bahkan dengan orang yang sudah bergelimang harta sekalipun. Semua nya butuh proses. Bukan bahagia yang membuat kita bersyukur, namun bersyukurlah yang akan membuat kita bahagia” itu lah motivasi dari seorang politikus yang tengah bersinar ini. KD-owntalk